Korona
Jinak musim gugur memakan daunnya dari tanganku: kami bersahabat.
Dari keras cangkangnya kami kupas sang waktu dan mengajarnya berjalan:
Sang waktu pun kembali ke dalam cangkangnya.
Di cermin adalah Ahad,
di mimpi adalah lelap,
mulut tiada berdusta.
Mataku turun ke kelamin kekasih:
kami saling memandang,
kami saling bertukar kata yang gelap-gelap,
kami saling mencinta bagai candu dan ingatan,
kami tidur bagai anggur dalam kerang,
bagai laut dalam kilau darah sang bulan
Kami berpelukan di jendela, mereka pandangi dari jalanan:
tiba saatnya semua tahu!
Tiba saatnya sang batu rela berbunga,
dan gelisah kalbu pudar oleh dentam cinta.
Tiba saatnya untuk tiba saatnya.
Tiba saatnya.
Penerjemah: Agus R. Sardjono & Berthold Damshauser