BLANTERVIO103

Harry Aveling dan Terjemahan Sastra Indonesia - Sapardi Djoko Damono

Harry Aveling dan Terjemahan Sastra Indonesia - Sapardi Djoko Damono
11/24/2019
Harry Aveling dan Terjemahan Sastra Indonesia
oleh Sapardi Djoko Damono

Harry Aveling dan Terjemahan Sastra Indonesia - Sapardi Djoko Damono

SASTRADUNIA.COM | Harry Aveling adalah seorang Australia yang menaruh minat terhadap kesusastraan Indonesia dan Malaysia. Barangkali saat ini dialah salah seorang yang paling teliti mengikuti perkembangan sastra Indonesia mutakhir. Aveling banyak menulis esai tentang sastra Indonesia di pelbagai penerbitan di luar negeri. Ia pun beberapa kali menulis esai dalam bahasa Indonesia dan muat di koran-koran dan majalah di Indonesia. 

Orang boleh berselisih pendapat dengannya dalam beberapa hal, tetapi tampaknya Harry kini menjadi salah seorang dalam deretan sarjana-sarjana asing yang menaruh minat terhadap sastra kita. Akhir-akhir ini kegiatan Aveling meningkat pada penerjemahan. Dia telah menerjemahkan beberapa karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dan tampaknya terjemahannya itu mendapatkan sambutan baik di luar negeri. Ia pernah mendapat grant dari Asia Society di New York untuk menerjemahkan puisi Indonesia mutakhir. Hasil kerjanya itu kemudian dimuat di beberapa majalah sastra di Amerika Serikat dan Australia, dan tahun yang lalu diterbitkan dalam bentuk buku oleh University of Ouecnsland Press dengan judul Contemporary Indonesian Poetry. 

Penyair-penyair yang sajak-sajaknya diterjemahkan dalam buku itu adalah Rendra, Subagio Sastrowardoyo, Ajip Rosidi, Taufig Ismail, Toety Heraty, Goenawan Mohamad dan Sapardi Djoko Damono. Tahun ini juga buku terjemahannya yang lain, yang berjudul Arjuna in Meditation, akan terbit di India. Antologi itu berisi sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri, Darmanto Jt, dan Abdul Hadi W.M. Sementara itu ia juga telah menyusun antologi puisi Indonesia mutakhir yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, diterbitkan oleh Dewan Kesenian Rotterdam. 

Aveling tidak hanya menerjemahkan puisi, ia pun telah selesai menerjemahkan sandiwara Arifin C. Noer: Kapai-Kapai, novel Iwan: Ziarah serta kumpulan cerpen Pramoedya Ananta Toer, di samping antologi cerpen Indonesia yang diberinya judul From Surabaya to Armageddon. Ia juga telah menerjemahkan beberapa novel Pramoedya, novel Iwan Simatupang Kering dan kumpulan cerpen Danarto: Godlob yang disebut terakhir itu akan terbit tahun ini juga.

Pada tanggal 14 Januari yang lalu, Aveling memberi ceramah di TIM tentang usaha terjemahannya itu. Ceramah yang berlangsung waktu malam hujan itu dihadiri oleh beberapa peminat, wartawan dan seniman. Meskipun Aveling memberikan beberapa pandangannya tentang prinsip-prinsip penerjemahan, ceramah itu lebih merupakan semacam perkenalan kepada usahanya tersebut. Dalam kesempatan itu beberapa sastrawan sempat memberikan komentar mereka atas terjemahan Aveling. Ajip, Taufiq dan Sutardji, misalnya, menyatakan keberatan mereka tentang beberapa bagian sajak-sajak mereka yang diterjemahkan secara "tidak tepat.” Keluhan semacam itu pernah ditulis orang juga di majalah Dewan Bahasa terbitan Malaysia , si penulis resensi, Cik Ainon Muhammad, dengan pedas menyerang terjemahan Aveling. 

Sementara itu, di Australia beberapa penulis resensi menyatakan pujian mereka atas terjemahan yang sama, dan di antara penulis resensi itu terdapat dua penyair muda yang cukup dikenal di Australia, John Tranter dan Les Murray. Harry Aveling sempat menjabat sebagai Kepala Studi Asia Tenggara di Murdoch University, Australia. 

Lepas dari setuju atau tidaknya kita atas beberapa pandangannya, jelas bahwa Aveling sekarang ini boleh dianggap sebagai orang yang banyak jasanya memperkenalkan khasanah sastra Indonesia mutakhir di luar negeri.
MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462