BLANTERVIO103

Energi Puitik Kotaro Takamura - Abdul Hadi WM

Energi Puitik Kotaro Takamura - Abdul Hadi WM
3/31/2020
Energi Puitik Kotaro Takamura
oleh Abdul Hadi WM
Energi Puitik Kotaro Takamura - Abdul Hadi WM

SASTRADUNIA.COM |Tokoh berikut adalah Kotaro Takamura yang dipandang sebagai penyair yang paling mewakili "kesadaran Jepang". Hal ini terutama didasarkan pada wawasan estetik Kotaro, yang dipandang benar-benar berakar pada kebudayaan dan pandangan hidup Jepang. Sekalipun wawasan estetiknya ini tidak memperoleh perhatian yang semestinya dari sarjana Barat, namun di dalam kesusastraan Jepang ia memiliki kedudukan yang istimewa. Sarjana-sarjana Barat, atau kaum Orientalis, tidak menghargai sajak-sajak Kotaro Takamura karena kurang kaya dengan imajinasi. Memang, pada umumnya sajak-sajaknya begitu bersahaja, suatu ciri yang berakar pada sastra lama Jepang. Namun, sekalipun bersahaja, tetap memiliki kedalaman. 

Kotaro sendiri menyatakan, bahwa, memang terdapat perbedaan yang mendasar antara sajak-sajaknya dengan sajak-sajak modern Barat. Dia mengakui bahwa dia mengagumi kebudayaan dan sastra Barat, akan tetapi dia tidak bisa mengikuti jalannya dan menirunya begitu saja. 

Di samping penyair, Kotaro adalah seorang pematung. Malahan dia lebih senang disebut sebagai pematung, dibanding disebut sebagai penyair. Yang menyebabkan dia penting karena dialah penyair pertama yang dengan gigih menentang naturalisme, dan tidak menyukai imajisme. Menurutnya, naturalisme hanya melahirkan seni yang meniru alam dan bersifat fotografis, sedangkan seni dalam kodratnya lebih dari sekadar fotografi. 

Dalam esainya Ciri-ciri Puisi Jepang, dia mendefinisikan puisi sebagai energi. Satu-satunya media yang bisa mengungkapkan energi ini ialah emosi, perasaan. Dia berpendapat, bahwa, seorang penyair menulis puisi oleh karena adanya dorongan batin yang kuat. Dorongan ini dia umpamakan sebagai tenaga listrik. Esensi puisi tidak terletak pada makan yang dikandungnya, walaupun makna tetap penting dalam puisi, akan tetapi pada ungkapan-ungkapannya yang mampu mengalirkan semacam tenaga listrik dari dalam dirinya. Tenaga inilah yang membuat puisi bisa mengambil bentuk yang aneka-ragam. Dengan begitu Kotaro telah membebaskan puisi dari kungkungan bentuk, dan membiarkannya berkembang dalam bentuk apa saja sesuai dengan pilihan penyair.

Kotaro juga percaya, bahwa, energi puitik itu identik dengan sumber kehidupan, energi yang memelihara sesuatu tetap hidup. Dalam sajaknya "Titik Pangkal" dia menjelaskan konsepsinya itu:

Hanya sesuatu yang mendasar ingin kukemukakan
Hanya sumber air memancur ingin kunyanyikan
Dalam bahasa bersahaja yang bisa diucapkan seorang anak
Atau, malah, hanya seorang anak bisa mengucapkannya
Bilamana orang mengatakan kepalanya pusing
Bukan obat yang akan kusebutkan
Cukup hidup bersahaja jawabnya.
Mereka mengeluh seraya memegang kepala:
Tidakkah itu yang disebut kebebalan?
Mungkin, mungkin itu kebebalan.
Namun hanya satu jalan yang kukenal
menyesuaikan diri dengan hukum alam.

Hukum alam inilah dorongan dasar hidup, dan ia ada di dalam diri manusia. Puisi yang baik, kata Kotaro, mengundang pembacanya untuk ingin menulis puisi. Sebab, puisi yang baik bukan suatu jawaban yang final atas sesuatu. Ia penuh dengan rangsangan dan getaran, serta bahan-bahan renungan. Jadi puisi yang baik haruslah inspiratif. Puisi yang inspiratif ini dikendalikan oleh gerakan yang tersembunyi jatuh, naik, rubuh dan muncul untuk hidup lagi. Puisi merusak bentuk dan memberikan kelahiran bagi suatu bentuk baru. 
MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462