BLANTERVIO103

Nizar Qabbani (1923 - 1998)

Nizar Qabbani (1923 - 1998)
2/17/2020
Nizar Qabbani (1923 - 1998)




SASTRADUNIA.COM | Nizar Qabbani, lahir pada tanggal 21 Maret 1923 dan dibesarkan dalam keluarga tradisonal Damaskus Kuno, tepatnya di sebuah kawasan yang bernama Mundzinah Syahm. Dalam catatan hariannya, Nizar Qabbani mengaku bahwa ia telah mewarisi kecenderungan berpuisi dari ayahnya, Taufiq Qabbani, sebagaimana dalam seni, Nizar mewarisi kecenderungan tersebut dari kakeknya, Ahmad Abu Khalil Al-Qabbani, seorang seniman terkenal dan penulis naskah drama hebat di masanya.
Di masa mudanya, selain menekuni kaligrafi, Nizar juga belajar melukis secara intens, hingga pada puncaknya lahirlah sebuah buku puisi Al-Rasm Bi Al-Kalimât (Melukis dengan Kata-Kata). Dan sebelum benar-benar melabuhkan diri sepenuhnya pada puisi, terlebih dulu ia tergila-gila pada musik. Di masa-masa awal kepenyairannya, Nizar telah banyak menghafal puisi-puisi Umar bin Abi Rabi'ah, Jamil Batsinah, Tharafah bin Al-'Abd dan Qais bin Al-Mulawwah.

Pada tahun 1939, Nizar Qabbani mengikuti pelayaran ke Roma. Saat itulah untuk pertama kali ia melahirkan bait-bait puisi setelah menikmati keindahan ombak dan ikan-ikan yang berenang di laut. Lalu sebagaimana diyakini oleh para Nizariat (Para Pecinta Nizar), tanggal 15 Agustus 1939 merupakan sejarah awal mula kelahiran puisi Nizar Qabbani.
Nizar Qabbani mengambil jurusan hukum di Universitas Damaskus. Di sela-sela kesibukan tugas-tugas kampus, Nizar menerbitkan buku puisinya yang pertama, Qâlat Lî Al-Samrâ', (Perempuan Cokelat Berkata Padaku) dengan biaya sendiri.
Setelah lulus dari fakultas hukum, Nizar masuk dinas luar negeri (diplomasi). Kemudian ditempatkan di Kairo, London, Ankara, Peking, dan Madrid. Pada tahun 1966, Nizar Qabbani berhenti dari dinas itu kemudian mendirikan penerbit sendiri, di Beirut.
Perjalanan hidupnya banyak mengalami tekanan dan penderitaan, berawal dari kematian saudara perempuannya karena bunuh diri akibat menolak perjodohan dengan lelaki yang tidak dia cintai, kematian putranya saat sedang kuliah kedokteran di Mesir, dan kematian istrinya, Bilqis, wanita asal Irak yang terbunuh ketika perang sipil meletus pada tahun 1981 di Lebanon.

Banyak kalangan yang mengecam puisi-puisi cinta Nizar karena terlalu vulgar dan dikhawatirkan dapat mengancam nilai-nilai keislaman yang sudah mapan. Sehingga dalam banyak negara di Timur Tengah—utamanya Arab Saudi—buku-buku Nizar dilarang beredar.
Di samping itu, Nizar juga dikenal sebagai penyair yang peka terhadap dunia politik Arab. Dalam banyak karyanya, sering kali ia melancarkan serangan dan kritikan terhadap para pemimpin di Timur Tengah atas kebijakan-kebijakan yang diskriminatif.
Setelah terbunuhnya Bilqis, Nizar Qabbani pindah dan menetap di London. Di sana ia tinggal kurang lebih 15 tahun hingga meninggal pada 30 April 1998 akibat serangan jantung. Pada saat menjalani perawatan di rumah sakit London, Nizar menulis wasiat agar setelah meninggal nanti, jasadnya dikuburkan di Damaskus. Ia mengatakan, "Rahim yang mengajari aku puisi, yang mengajari aku berkreasi, yang mengajari aku aksara bunga melati".

Beberapa karyanya antara lain; Qâlat Lî Al-Samrâ’ (1944), Thufûlat Nahd (1948), Sâmia (1949), Anti Lî (1950), Qashâid (1956), Habîbatî (1961), Al-Rasm Bi Al-Kalimât (1966), Yaumiyât Imraah Lâ Mubâliyah (1968), Qashâid Mutawahhisyah (1970), Kitâb Al-Hubb (1970) dan masih banyak lainnya.


-Penyusun: Musyfiqur Rahman
MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462