BLANTERVIO103

Ghassan Kanafani (1936-1972)

Ghassan Kanafani (1936-1972)
11/10/2019
Ghassan Kanafani (1936-1972)
Oleh M. Fudoli Zaini


Ghassan Kanafani (1936-1972)

SASTRADUNIA.COM | Dilahirkan di Akka, Palestina, tanggal 9 April 1936. Ghassan Kanafani termasuk salah seorang penulis Palestina yang produktif. Selain menulis cerita-cerita pendek, ia juga menulis novel, drama, esai dan artikel-artikel yang bersifat politis. Tulisan-tulisan Kanafani, terutama sekali cerpen-cerpennya, mencerminkan derita dan kehidupan tragis yang telah dialami oleh rakyat Palestina sejak tahun-tahun tiga puluhan. Warna ini tidak hanya dominan dalam karya-karya Kanafani, akan tetapi juga telah menjadi ciri utama dari sastra modern Palestina. 

Kehidupan Kanafani, sebagaimana juga kehidupan bangsanya, melewati beberapa periode penting. Pertama, sebelum keluar dari tanah airnya Palestina. Kedua, keluar mengungsi dari Palestina tatkala teror kaum Zionis mulai mengganas. Ketiga, di tempat kamp-kamp pengungsian. Dan keempat, mulainya perjuangan dan revolusi bersenjata Palestina. Tentu saja keempat tahapan itu tidaklah bisa dipisahkan secara tegas. Sebab pada tahap kedua misalnya, telah terjadi juga perjuangan bersenjata yang cukup hebat. Dan semua tahapan-tahapan tersebut dengan jelas dapat kita saksikan dalam karya-karya Kanafani. 

Masa kanak-anak Kanafani dilewati dengan pertikaian dan perjuangan bangsanya melawan tentara protektorat Inggris yang telah pula bersekongkol dengan Zionisme. Dan tatkala tahun 1948 gerombolan-gerombolan Zionis melakukan serentetan pembantaian yang amat keji terhadap rakyat Palestina sebelum penarikan tentara protektorat Inggris, maka beribu-ribu rakyat teraniaya ini terpaksa meninggalkan kampung halaman dan tanah air mereka. Sebagian besar desa-desa dan kota-kota telah diduduki oleh kaum Zionis. Keluarga Kanafani terpaksa menyingkir dari Akka, mengungsi ke Lebanon selatan. Tak lama kemudian keluarga ini pindah lagi ke Damaskus. 

Tahun 1953, pada umur tujuh belas tahun, Kanafanf menjadi guru di sebuah kamp pengungsi, di Syria. Tahun 1956, ia pindah ke Kuwait, menjadi guru menggambar dan olahraga. Di sinilah ia mulai menuliskan karya-karyanya, antara lain cerpennya Surat dari Ghaza, dan menyiarkannya melalui koran-koran dan majalah-majalah Arab. Tahun 1960 ia pindah ke Beirut, dari mana makin lama karya-karya Kanafani semakin matang dan gencar. “Cerpen-cerpennya mengungkapkan kepahitan dan kepedihan derita bangsa Palestina semenjak ta nah-airnya dirampas orang. Pengungsian, kekejian kaum Zionis, kemelaratan dan keterbuangan, tapi juga ada semangat dan harapan dalam perjuangan menuju hari depan. 

Cerpen-cerpennya yang lebih dari enam puluh itu dikumpulkannya dalam empat kumpulan, masing-masing Matinya Dipan no. 12 (1961), Tanah Jeruk Yang Duka (1962), Bukan Dunia Kita (1965) dan Lelaki dan Bedil (1968). Tahun 1966 novelnya Yang Tersisa Bagimu mendapat hadiah sebagai novel terbaik waktu itu di Lebanon. Selain itu ia juga menulis novel-novel Lelaki di Bawah Matahari, Ibu Saad, Kembali ke Haifa, Siapa Pembunuh Lila Haik, dan beberapa lagi yang belum sempat dirampungkannya. Drama-dramanya berjudul Pintu, Topi dan Nabi, dan Jembatan ke Keabadian. Dan esai-esai serta studi-studinya terkumpul dalam Sastra Perlawanan Palestina, Perlawanan dan Problemanya, dan Revolusi Palestina

Kedudukan Kanafani dalam sastra Palestina cukup penting, sampai-sampai seorang kritikus mengatakan, bahwa seandainya Palestina tidak melahirkan penulis-penulis lain selain Kanafani, cukuplah hal itu untuk membuktikan tingkat budaya bangsa tersebut. Tak ayal lagi, bahwa dengan karya-karyanya Kanafani telah berhasil menjadi saksi zaman dan perjuangan bangsanya. Perjuangan yang tak kenal henti sampai tercapainya kemerdekaan. Sebab, seperti yang ia tulis dalam sebuah karyanya: 
”Dalam biji mata tiap orang yang terbunuh secara aniaya, terkandung seorang bayi yang lahir bersamaan dengan saat tibanya maut.” 
Dan maut itu pun datanglah. Sebuah bom Zionis telah meledakkan tubuhnya di Beirut tanggal 8 Juli 1972. Seolah ia telah meramalkan nasibnya sendiri, seperti yang ditulisnya dalam cerpennya Surat dari Ar-Ramla tatkala tokoh Abu Usman terjun ke dalam maut: ”dan bertaburanlah kepingan-kepingan Abu Usman di antara puing-puing reruntuhan.” 

Karya-karya Kanafani telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa, antaranya Inggris, Jerman, Norwegia dan Swedia. Dan tiga cerpen berikut ini, yang digabung dalam satu judul oleh penulisnya, diterjemahkan dari aslinya bahasa Arab, dari kumpulannya Ard Al-Burtugal Al-Hazin (Tanah Jeruk Yang Duka). Kalau dari penyair-penyair Palestina telah kita kenal Fadwa Tugan, Jabra Ibrahim Jabra, Samir Al-Asim dan lain-lain, maka di sini kita coba mengenal seorang cerpenis dan novelis Palestina yang cukup menonjol, yaitu Ghassan Kanafani.
MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462