Ejekan Anjing
oleh Lu Hsun
SASTRADUNIA.COM | Aku bermimpi sedang berjalan di sebuah jalan sempit, bajuku compang-camping, persis pengemis.
Seekor anjing menyalak di belakangku.
Aku menengok ke belakang dan berteriak merendahkannya: — "Bah! Diam! Kau mengemis pada yang kaya dan kaugertak yang miskin”
Dia tertawa terkikik-kikik.
”Maaf”, katanya, "Kami tidak sebaik manusia”
”Apa!” Aku marah, aku menganggap ini suatu penghinaan.
”Aku malu mengatakan bahwa aku tak dapat membedakan antara tembaga dan perak, antara sutera dan kain biasa, antara pejabat dan rakyat biasa, antara majikan dan pelayannya, antara...”
Aku berbalik dan kabur. "Tunggu sebentar! Kita perlu bicara sekali lagi....”
Dari belakangku dia berteriak memintaku untuk tinggal. Tetapi aku lari sekuat-kuatnya, sampai tersadar dari mimpi dan terbangun berada di tempat tidur.
oleh Lu Hsun
SASTRADUNIA.COM | Aku bermimpi sedang berjalan di sebuah jalan sempit, bajuku compang-camping, persis pengemis.
Seekor anjing menyalak di belakangku.
Aku menengok ke belakang dan berteriak merendahkannya: — "Bah! Diam! Kau mengemis pada yang kaya dan kaugertak yang miskin”
Dia tertawa terkikik-kikik.
”Maaf”, katanya, "Kami tidak sebaik manusia”
”Apa!” Aku marah, aku menganggap ini suatu penghinaan.
”Aku malu mengatakan bahwa aku tak dapat membedakan antara tembaga dan perak, antara sutera dan kain biasa, antara pejabat dan rakyat biasa, antara majikan dan pelayannya, antara...”
Aku berbalik dan kabur. "Tunggu sebentar! Kita perlu bicara sekali lagi....”
Dari belakangku dia berteriak memintaku untuk tinggal. Tetapi aku lari sekuat-kuatnya, sampai tersadar dari mimpi dan terbangun berada di tempat tidur.
Penerjemah: Rasti S