MITOS
Mitos-mitos tentang kematian berderak
Sebelumnya ditenun oleh tangan yang gemetar
Mereka melalui periode kegelapan
Dua orang mati menyanyikan lagu itu
Mitos seolah padang pasir yang tertutup fatamorgana
Dan sisa bintang jatuh selintas di sana
Melemparkan cahayanya,
hingga aku bisa melihat jalanku
di mana titik simpangnya serupa bayangan sepotong roti
Di sana kau telah melirikku
berlumur lumpur abu dan gumpalan asap tebal
menjadi hijab bagi mata untuk melihat lebih jelas
Sia-sia, kau menungguku di di balik asap
Tanpa harapan dan kesempatan bertemu hanyalah khayalan.
seperti sepasang kekasih tanpa tujuan yang kehilangan kebahagiaan
Mitos seolah pisau yang tajam
:mereka tertutup darah kering orang-orang
yang gugur di medan perang
sebab tusukan berkali pedang tiran
yang mengaku atas nama langit
Padahal, jika orang mendengarkan para nabi,
Tidak ada siksa katastropik mengirimkan tawa
Dan tidak ada hubungannya dengan mitos buruk yang menimbulkan kebencian
Berabad-abad berlalu membawa racun mematikan
dan gema kematiannya serupa amarah api neraka
Bisakah bara intoleransi ini padam dengan sentuhan tangan yang dingin?
Bisakah ini bergantung pada mitos lama dan kerinduan yang beku mencair?
Jawabnya serupa seorang wanita penyihir membentuk istana pasir
dari pertanyaan terakhir yang penuh harapan
ini mata bergelora, menatap tajam ke langit
melihat bagaimana cara harapan bekerja
semacam ritual dan permohonan
membersihkan wajah-Nya dengan sopan
dengan bibir menganga pasrah pada Penciptamu.
-Penerjemah: Sofyan RH. Zaid