BLANTERVIO103

Mary Oliver (1935 - 2019):

Mary Oliver (1935 - 2019):
9/23/2019
Mary Oliver (1935 - 2019)
Penyair yang Menikahi Alam


Mary Oliver (1935 - 2019):

SASTRADUNIA.COM | Mary Oliver lahir dari pasangan Edward William dan Helen MV Oliver pada tanggal 10 September, 1935, di Maple Heights, Ohio, di pinggiran semi-pedesaan Cleveland. Ayahnya adalah seorang guru IPS dan seorang pelatih atletik di sekolah-sekolah umum Cleveland . Ia mulai menulis puisi pada usia 14 tahun dan saat menginjak 17 tahun ia mengunjungi rumah almarhum penyair pemenang hadiah Pulitzer, Edna St Vincent Millay, di Austerlitz, negara bagian New York. Dia berteman dengan Norma, adik Edna. Oliver kurang lebih tinggal di sana selama enam atau tujuh tahun ke depan, berlarian di lahan seluas 800 hektare seperti anak kecil, membantu Norma, atau menemaninya dan membantu merapikan kertas-kertas sang penyair.

Koleksi puisi pertama Oliver, No Voyage and Other Poems, diterbitkan pada tahun 1963, ketika dia berusia 28. Selama awal 1980-an, Oliver mengajar di Case Western Reserve University. Antologi puisinya yang kelima, American Primitive, memenangkan Hadiah Pulitzer untuk Puisi pada tahun 1984. Dia menjabat Poet in Residence di Bucknell University (1986) dan Margaret Banister Writer in Residence di Sweet Briar College (1991), lalu ia pindah ke Bennington, Vermont, di mana ia memegang Catharine Osgood Foster Chair for  Distinguished Teaching di Bennington College sampai 2001. Dia memenangkan Christopher Award dan LL Winship / PEN New England Award untuk karyanya: House of Light (1990), dan New and Selected Poems (1992) memenangkan National Book Award. 

Karya Oliver berangkat dari alam sebagai inspirasinya dan menggambarkan kekaguman yang tertanam dalam dirinya. "Di akhir hidupku nanti," katanya, "Saya ingin mengatakan: seumur hidupku / aku adalah pengantin wanita yang menikahi ketakjuban, juga pengantin pria yang membawa dunia ke dalam pelukannya." Koleksi puisinya:  Winter Hours: Prose, Prose Poems, and Poems (1999), Why I Wake Early (2004), and New and Selected Poems, Volume 2 (2004) mengangkat tema ini. Bagian pertama dan kedua Leaf and the Cloud muncul dalam The Best American Poetry 1999 dan 2000, juga esainya muncul di Best American Essays 1996, 1998 dan 2001.

Saat kembali ke Austerlitz, di akhir 1950-an, Oliver bertemu fotografer Molly Malone Cook, yang akan menjadi pasangannya selama lebih dari empat puluh tahun. Di Our World dia mengatakan "Saya hanya melihat sekali dan langsung jatuh, terkait dan jatuh." Cook adalah agen sastra Oliver. Mereka membangun rumah yang besar di Provincetown, Massachusetts, di mana mereka tinggal sampai kematian Cook pada tahun 2005, di mana Oliver masih tinggal sampai kepindahannya ke Florida. Karena sangat menghargai privasi pribadinya, Oliver hanya menerima sedikit wawancara, dia lebih memilih tulisannya berbicara untuk dirinya sendiri. Kenangnya tentang Provincetown, "Saya juga jatuh cinta dengan kota, yang konvergensi tanah dan airnya mengagumkan; cahaya Mediterania; nelayan yang menjalani hidup mereka lewat kerja keras dengan kapal kecil yang menakutkan, dan, baik warga dan kadang-kadang pengunjung, banyak seniman dan penulis, dan saya memutuskan untuk tinggal. Oliver seempat menghadiri kelas di Ohio State University dan Vassar College di pertengahan 1950-an, tapi tidak menerima gelar di kedua perguruan tinggi tersebut.

Puisi Mary Oliver berdasarkan pada kenangan akan Ohio dan rumahnya yang diadopsi dari New England, melatarbelakangi kebanyakan puisinya di Provincetown dan sekitarnya sejak ia pindah ke sana pada tahun 1960. Dipengaruhi oleh Whitman dan Thoreau, ia dikenal untuk pengamatannya yang jernih dan pedih terhadap alam. Kreativitasnya diarahkan oleh alam, dan Oliver, adalah seorang pejalan yang keranjingan, sering mengejar inspirasi dengan berjalan kaki. Puisinya dipenuhi dengan citraan dari jalan-jalan sehari-hari di dekat rumahnya: burung pantai, ular air, fase-fase bulan dan paus bungkuk. Dalam wawancara dengan Long Life ia mengatakan,"Saya pergi ke hutan saya, kolam saya, pelabuhan saya yang disinari matahari penuh, yang tidak lebih dari tanda koma biru pada peta dunia, tetapi bagi saya, lambang dari segala sesuatu." 

Dia berkomentar dalam sebuah wawancara yang langka, "Ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, Anda tahu, tidak perlu berjalan cepat atau mendapatkan tempat. Saya akhirnya berhenti dan menulis. Itu jalan-jalan yang sukses!" Ia mengatakan pernah mendapati dirinya berjalan di hutan tanpa pena dan di kesempatan lain ia menyembunyikan pensil-pensil di pohon-pohon sehingga dia tidak akan pernah terjebak di tempat itu lagi. Ia juga sering membawa buku catatan yang dijahit tangan berukuran 3 x 5 inci untuk merekam kesan-kesan dan frasa-frasa. Maxine Kumin menyebut Oliver sebagai seorang “petugas patroli dari lahan basah sebagaimana Thoreau adalah inspektur badai salju."

Oliver juga dibandingkan dengan Emily Dickinson, yang berbagi kesamaan dalam hal menyendiri dan monolog batin. Puisinya menggabungkan introspeksi yang gelap dengan pelepasan yang riang. Meskipun ia telah dikritik karena menulis puisi yang mengasumsikan hubungan intim yang membahayakan antara perempuan dengan alam, dia menemukan dirinya hanya diperkuat melalui penyatuan dengan alam. Oliver juga dikenal untuk bahasanya yang lugas dan tema yang mudah diakses. The Harvard Review menjelaskan karyanya sebagai penangkal "Kurangnya perhatian dan konvensi Barok dari kehidupan sosial dan profesional. Ia adalah seorang penyair bijak dan murah hati yang visinya memungkinkan kita untuk melihat dunia secara dekat dan bukan yang kita ciptakan.”

Dalam sebuah wawancara, Oliver mengatakan karyanya telah menjadi spiritual selama bertahun-tahun, tumbuh dari cinta para penyair yang lebih dulu datang dan juga dunia alam, tapi ia merasa sedih atas kurangnya manusia merawat dunia. “Hutan yang saya cintai sebagai seorang anak sepenuhnya telah hilang. Hutan yang saya cintai sebagai seorang remaja hilang sudah hilang. Sedangkan hutan yang paling baru saya jalani belum hilang, tapi penuh dengan jalur sepeda,” ujarnya.

“Dan ini sedang berlangsung di dunia,” lanjut Oliver, “Dan saya pikir hal ini sangat bahaya bagi generasi berikutnya, mereka yang percaya bahwa dunia tidak hanya penting bagi kita dalam bentuk murninya, tapi juga merupakan sebuah tindakan dari hal spiritual. Saya pernah katakan, dan saya rasa ini benar, dunia tidak harus menjadi cantik agar dapat bekerja. Tapi memang sudah cantik. Apa artinya itu?”

Merupakan tantangan, bertahun-tahun menulis tentang alam, menemukan cara-cara baru untuk menggambarkan apa yang ada di luar sana, khususnya saat banyak penyair lainnya menulis tentang perkara yang sama. Tapi Oliver mengatakan ia siap dengan tantangan tersebut. “Untuk menemukan sebuah kata baru yang akurat dan berbeda, anda harus waspada. Dan hal itu luar biasa, menyenangkan.”

“Satu hal yang saya tahu bahwa puisi, untuk dapat dimengerti, harus jelas,” tambahnya. “Tidak harus mewah. Saya menilai banyak penyair sekarang ini yang menulis seakan menari tap. Saya selalu merasa bahwa apa pun yang tidak penting, semestinya tidak dimasukkan ke dalam puisi.”

Mary Oliver tetap aktif menulis hingga usia senja. Beberapa karyanya yang baru: Swan: Poems and Prose Poems (Beacon Press, 2010), kumpulan puisi A Thousand Mornings (Penguin Press, 2012), Blue Horses (Penguin Press, 2014), dan White Pine, West Wind (2017).

Kamis, 17 Januari 2019, Mary Oliver wafat di usia 83 tahun. Penyebab kematiannya adalah limfoma. Ia sungguh telah menjelma menjadi pengantin wanita yang seumur hidupnya menikahi ketakjuban yang ia abadikan dalam karya-karyanya.

-Penulis: Nila Hapsari
MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462