BLANTERVIO103

Desidertus Erasmus Penegak Pikiran Sehat - H.B. Jassin

Desidertus Erasmus Penegak Pikiran Sehat - H.B. Jassin
9/26/2019
Desidertus Erasmus Penegak Pikiran Sehat 
oleh H.B. Jassin

SASTRADUNIA.COM | Erasmus adalah seorang humanis besar yang demikian terkenal dalam sejarah kebudayaan dunia. Ia lahir tanggal 28 Oktober 1466 di Rotterdam dan meninggal tanggal 12 Juli 1536 di Basel, Swiss. Lahir di negeri Belanda, tetapi sebagian besar hidupnya dia habiskan di luar negeri, antara lain di Perancis, Inggris, Jerman, dan Swiss. Ia menyebut dirinya Erasmus Roteredamus, artinya: Erasmus dari Rotterdam, dan kemudian ditambahkannya Desiderius di depannya, sehingga namanya selengkapnya menjadi Desiderius Erasmus Roteredamus. 

Mula-mula Erasmus mempelajari sastra klasik Yunani dan Romawi dan kemudian mendalami agama. Ia seorang yang sangat banyak membaca dan luas bacaannya, serta banyak pula menulis. Ia berkirim-kiriman surat dengan Paus, kepala agama Katolik, dengan raja-raja, ia bersahabat karib dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan. Ia pun pernah bersurat-suratan dengan pemuka Reformasi, Luther, tapi hubungan mereka menjadi tegang karena perbedaan sikap terhadap pembaharuan. Ia disebut oleh kawan-kawannya "Raja Kesusastraan”, "Pendeta Pengetahuan”, "Pembela Agama Yang Benar”, "Suluh Benderang negeri Jerman”. Karena tulisan-tulisannya, dia banyak mempunyai kawan, tapi tak kurang pula lawan-lawannya, yaitu yang merasa terkena oleh sindiran-sindiran dan ejekan-ejekannya. Pihak ortodoks menganggapnya hendak meruntuhkan agama, dan kaum Reformasi mencelanya karena tidak memihak mereka. 

Erasmus menulis karya-karyanya dalam bahasa Latin, karena itulah bahasa ilmu pengetahuan dalam zamannya. Karya-karyanya pernah diterbitkan secara lengkap di Leiden dalam tahun 1703—1706 sebanyak 10 jilid besar. Di antara karangan-karangan yang menjadi sangat terkenal sekali ialah Golloguia Familiaria atau Percakapan dan Moriae Encomium atau Pujian kepada Keadaan. 

Pada kesempatan ini izinkanlah saya hanya akan membicarakan Colloguia berhubung dengan terbitnya terjemahan Percakapan Erasmus dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya seluruhnya ada 58 percakapan Erasmus. Colloguia cetakan pertama terbit tahun 1518 dan sesudah banyak diubah ditambah terbit cetakan kedua dalam tahun 1524. Sesudah itu tidak terhitung lagi banyaknya ulangan cetaknya. Dalam bahasa Belanda mula-mula terbit Een twaalftal samenspraken (Sejumlah dua belas percakapan), terbit di Amsterdam pada permulaan abad ini, disusul oleh Een tweede twaalftal samensspraken (Sejumlah. dua belas percakapan seri kedua), keduanya diterjemahkan oleh N.J. Singels. Kemudian, dalam tahun 30-an, terbit pula di Antwerpen, Belgia, Een derde twaalftal samenspraken (Sejumlah dua belas percakapan seri ketiga) dan Een vierde twaalftal samenspraken (Sejumlah dua belas percakapan seri keempat), kedua kumpulan yang terakhir ini diterjemahkan oleh C. Sobry. Jadi semuanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda ialah 48 percakapan. Terjemahan yang lengkap dalam bahasa Belanda belum ada.

Saya hanya bisa menemukan tiga segi percakapan yang pertama dan dari 3 kali 12 percakapan itulah saya pilih 12 percakapan yang disajikan dalam terjemahan saya Percakapan Erasmus. Pilihan itu didasarkan atas relevansinya dengan sifat-sifat manusia dalam masyarakat kita dengan berbagai macam permasalahannya. Demi ilmu pengetahuan tentulah baik sekali jika semua percakapan Erasmus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan mudah-mudahan pekerjaan itu akan dapat dilaksanakan di masa depan. Dalam pada itu telah terbit suatu terjemahan yang lengkap dalam bahasa Inggris oleh Craig Thompson, berjudul The Colloguies of Erasmus. Chicago-London, 1965.

Sebelum perang, di Balai Pustaka telah terbit sebuah buku yang berjudul Setengah Loesin Pertjakapan Erasmus, isinya enam percakapan Erasmus yang dipilih dari Een twaalftal samenspraken dan Een tweede twaalftal samenspraken oleh K. St. Pamoentjak. Nama-nama orang yang bercakap diganti dengan nama-nama Indonesia. Demikianlah!: Xantippe menjadi Si Garang, Eulali disebuti Si Manis, Irides menjadi Si Pengemis dan Misopornus menjadi Si Seganbergerak. Tapi isi percakapannya sama dengan aslinya meskipun agak bebas diterjemahkan. Jadi dapatlah dikatakan bahwa Erasmus sudah merembes pikirannya ke Indonesia sebelum perang dunia kedua. Pada percakapan antara Si Manis dan Si Garang diberi catatan: 

Walaupoen jang digambarkan dalam pertjakapan ini keadaan pergaoelan hidoep ditanah Eropah empat abad jang laloe, tetapi pengadjaran jang dapat dipoengoet dari pada karangan itoe masih dapat dipergoenakan sampai dewasa ini dan djoega oleh bangsa kita. 

Kumpulan percakapan Erasmus semula dimaksud sebagai buku pelajaran bahasa Latin, yang disusun oleh Erasmus sebagai bahan untuk mengajar. Sebagai demikian ia menyusun kalimat-kalimat dengan cermat, dengan gaya bahasa yang kaya dan mengungkapkan pengertian-pengertian yang menyangkut berbagai bidang, namun semuanya itu dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Tercermin kehidupan orang-orang sezamannya, dengan adat kebiasaannya, jalan pikiran dan pandangan hidupnya. Erasmus sangat mengenal sifat-sifat manusia, ia melihat dengan nyata motivasi-motivasi tingkah laku dan ucapan-ucapan manusia yang paling tersembunyi. Erasmus mengerti benar psikologi pendidikan yang mempergunakan pengaruh kata-kata untuk menimbulkan rasa harga diri dan kepercayaan diri, saling sayang dan saling cinta, dan dengan demikian mengubah tingkah laku, sikap hidup dan pandangan hidup. 

Apabila sejarah adalah laporan lahiriah suatu masa, maka sastra adalah lukisan batiniah dalam peristiwa-peristiwa sejarah. Maka karya Erasmus ini memperlihatkan kehidupan batin Erasmus dan orang-orang sezamannya dengan ukuran-ukuran mereka dalam hal agama dan kesusilaan, serta pandangan hidup dan filsafatnya. Dan begitu hidup ia melukiskan manusia dalam gerak-gerik dan tingkah lakunya, seolah-olah kita berhadapan dengan manusia-manusia yang sezaman dengan kita. . 

Seperti juga Plato dan Socrates, Erasmus mempergunakan bentuk percakapan untuk mengupas pengertian-pengertian nilai hidup sampai tuntas. Yang penting bagi Erasmus ialah memakaikan rasio, akal budi, akal sehat. Dengan memakaikan akal sehat, Ia mudah mengenali kekurangan-kekurangan orang maupun institusi-institusi yang dikendalikan oleh manusia-manusia yang kurang waras pikirannya. Dengan akal budinya yang cerah ia menyinari segala penyakit kejiwaan manusia dalam zamannya. 

Erasmus bukanlah seorang yang telah mencapai kearifan dan kebijaksanaan yang membuat ia tidak tergoyahkan lagi oleh emosi-emosi, sebaliknya, ia sangat reaktif. Terhadap pedagang kuda yang curang, ia harus membalas kecurangannya itu. Ia tidak bisa bersikap masa bodoh terhadap kekurangan-kekurangan yang dilihatnya pada diri manusia, ia harus menegurnya, ia harus menyadarkannya. Kita berhadapan dengan seorang ahli pikir yang bukan hanya sampai pada sikap berpikir pasif, tapi dinamis kreatif. 

Dalam satire percakapan Karon, tukang tambang ke dunia roh, dan Alastor, seorang jin yang jahat, Erasmus mencela dan mengutuk peperangan, ia mengkritik tabib-tabib yang mata duitan, ia mengkritik orang yang gila hormat, bahkan pun juga sesudah ia meninggal dunia. Dalam Dua kematian, dua pemakaman, ia mengkritik praktik-praktik korupsi. Ia bicara tentang berbagai macam tipu muslihat manusia memperdayakan sesamanya, bahkan yang mengira bisa memperdayakan Tuhan dengan janji-janji yang bohong. 

Dalam Perkawinan yang tidak bahagia ia menampilkan dua orang wanita yang mempunyai dua macam temperamen yang memperlihatkan pengenalannya terhadap sifat wanita dan juga sifat pria. Alangkah bagus lukisan Eulali sebagai wanita yang lembut dan ramah, sabar dan penuh pengertian serta perasaan, diperhadapkan dengan Xantippe yang ketus, bringasan, agresif dan tak sabaran, yang mengukur segala kepada kepentingan dirinya sendiri, sehingga dengan demikian menimbulkan ketegangan dengan suaminya dan orang sekitar. Boleh jadi kebaikan Eulali dirasakan tak berlaku bagi emansipasi wanita zaman ini, tapi saya kira pendekatan psikologis yang dianjurkan oleh Eulali, masih berlaku sampai sekarang, terutama bagi masyarakat Indonesia yang belum mengenal individualisme yang ekstrem. 

Erasmus pun banyak melontarkan kritik kepada agama, bukan agama sebagai agama, tapi orang-orang yang menganut agama dan orang-orang yang ditugaskan untuk memelihara agama. Petugas-petugas yang justru menyelewengkan agama demi kepentingan mereka sendiri. Seperti dikatakannya sendiri dalam pertanggungjawabannya "Tentang Kegunaan Percakapan”, Erasmus mengkritik kebiasaan-kebiasaan yang tercela dalam gereja, bukan sebagai lembaga keimanan, tapi praktik-praktik penganutnya yang buruk. 

Sungguh tajam dan pahit kritikan-kritikan Erasmus kepada ordo tertentu yang menjadikan penganut agama sapi perahan bagi kepentingan mereka. Tapi ia pun melukiskan kekagumannya kepada orang yang hidupnya penuh kebaktian yang murni. Dalam percakapan Dua kematian dua pemakaman, Erasmus memperlihatkan dua cara orang meninggalkan dunia ini, yakni meninggalnya orang yang percaya hal-hal yang sia-sia dan meninggalnya orang yang mengharapkan rahmat Tuhan. Berbicara tentang Reuchlin, manusia yang dikaguminya, Erasmus melalui Brassicanus melukiskan penglihatannya demikian: 

"Dari pintu di langit diturunkan tiang besar, dengan api menyala terang dan transparan, dan di atas tiang itu kedua orang suci itu (Reuchlin dan Hieronymus, HBJ) diangkat ke langit sambil mesra berpelukan. Sementara itu kedengaran paduan suara bidadari yang menghanyutkan, sehingga si Fransiskan setiap kali mengeluarkan air mata bila teringat kelimpahan sorgawi yang menjalari seluruh jiwanya itu. Sesudah itu tercium bau harum yang semerbak." (hal. 106). 

Di tempat yang lain pula, dalam Perjamuan orang-orang agama, melalui tokoh-tokoh agama yang berhimpun, Erasmus mengupas makna ayat-ayat dalam Kitab Suci dengan jernih dan tajam. 

Lukisan pasanggrahan dan taman serta pemandangan alam tempat pertemuan itu mengingatkan kita kepada lukisan lingkungan dan suasana tempat filosof-filosof berdiskusi mengenai pelbagai hal di tengah alam yang indah di negeri Yunani dan Romawi klasik yang agaknya menjadi contoh daripada lukisan ini. Lukisan alam dengan taman-taman yang rimbun dan pergola-pergola tempat berjalan-jalan sambil bercakap-cakap atau duduk-duduk sambil membaca di tengah alam yang teduh tenang. Bahasa dan gaya.

Dan betapa kayanya perbendaharaan kata Erasmus! Ia bicara tentang aneka ragam tanam-tanaman, pohon-pohon dan buah-buahan, kembang-kembang dan hewan. Di tengah kota yang hiruk pikuk dan serba mesin, masihkah kita ingat dan kenal pohon eru, binatang kadal, basiliska, bunglon, kalajengking, ikan lumba-lumba, anjing laut, berang-berang, ontopus, kumbang, burung rajawali, burung layang-layang, sekian banyak burung yang terbang di udara , binatang yang melata di atas tanah dan berenang di dalam air.

Seolah-olah tukang masak yang pandai, Erasmus menyebutkan masakan yang enak-enak dan minuman yang nikmat. Pengetahuannya yang mendetil juga tampak dalam penampilan wanita-wanita yang membicarakan busana dan bahan-bahan busana dengan aneka corak warnanya. Saya jadi teringat kepada satu ayat dalam Alquran yang mengatakan bahwa Tuhan mengajari Adam segala macam benda dan nama-nama sekalian:


"Dan Ia ajari Adam nama-nama semuanya, Kemudian Ia perlihatkan kepada para malaikat, Sambil berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama-nama semua itu." Surah al-Bagarah: 31.


Perbendaharaan kata dan gaya bahasa Erasmus sepanjang yang bisa saya terjemahkan melalui bahasa Belanda sungguh merupakan tantangan bagi bahasa Indonesia sebagai bahasa penerima. Dan saya percaya bahwa bahasa aslinya, bahasa Latin, lebih kaya lagi dari bahasa terjemahannya. Alangkah hidupnya ungkapan-ungkapan yang melukiskan gerak, warna, suasana jiwa yang dalam bahasa Indonesia saya coba timbulkan pandangannya dengan kata-kata seperti gentayangan, menggiurkan, bergelantungan, lihai, kewalahan, kasmaran, compang-camping, sempoyongan, berantakan, gerombolan, mengorok, mendamprat, mencolek, menyodorkan dan banyak lagi kata-kata gurih dan ngelotok seperti itu. 

Semuanya itu dengan memperhatikan estetika dari retorika, sehingga kita membacanya dengan kenikmatan batin yang merasa terisi dengan aneka pengetahuan, pengalaman dan penghayatan hidup. Erasmus seorang ahli gaya bahasa yang ulung, yang kaya sekali akan perbendaharaan kata, sehingga dapat mengatakan sesuatu dengan banyak cara dan dengan cara yang menarik pula, lepas dari hal-hal yang memang menarik untuk dikatakan dan dengan liku-lekuk dan jangkauan pikiran yang kadang-kadang mengejutkan karena keberaniannya dan kecerahannya dalam melakukan pembedahan terhadap pengertian-pengertian. Kalimat-kalimatnya didasari oleh sikap-sikap jiwa yang kaya pula ragamnya, bersungguh-sungguh, menyindir mengejek, mencela, mengutuk, mempermainkan, dan segala macam sikap dan rona jiwa lainnya. 

Dalam percakapan-percakapannya kedengaran nada ironis yang bermain-main menggelitik dan nada ejek yang tajam menusuk seperti dalam percakapan Anton dan Adolf dalam Kapal karam, di mana Erasmus mengkritik kepercayaan kepada takhayul oleh orang-orang dalam zamannya. Untuk menimbulkan kesan lucu Erasmus mempergunakan perbandingan-perbandingan yang timpang (bangsawan itu jenggotnya seperti jenggut kambing). Untuk menimbulkan efek ejekan dan sinisme ia mempergunakan gaya superlatif, penekanan yang berlebih-lebihan, logika yang mustahil, peremehan atau pengertian yang tak masuk akal (uang yang kukumpulkan selama 3000 tahun hanya untuk membeli sebuah perahu) dan ungkapan-ungkapan dengan penafsiran ganda yang justru merupakan penegasan dari apa yang tidak diinginkan. 

Erasmus tidak bicara secara abstrak dan ia tidak sampai kepada aforisme-aforisme. Amat sukar mencari aforisme-aforisme dalam percakapan-percakapan Erasmus, karena ia tidak mengajar dengan memberikan wejangan, tapi ia menampilkan masalah-masalah dan melukiskan orang-orang menghadapinya. Dari percakapan mereka itu dan tingkah laku mereka itulah pembaca harus menarik kesimpulan sendiri. Jadi ia bukan menggurui, tapi menyuruh orang berpikir dan menarik kesimpulannya sendiri. Pendekatan, sikap kepengarangan dan cara penyajian semacam inilah yang berlaku dalam sastra modern. 

Percakapan-percakapan Erasmus ini meskipun tidak merupakan cerita-cerita yang mempunyai plot dalam pengertian sastra sekarang, mempunyai daya tarik lain, yaitu bahasanya yang indah, jalan pikiran yang menarik dan lukisan peristiwa yang penuh liku-lekuk, serta ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Erasmus mempergunakan suatu jenis bentuk sastra yang sudah hampir dilupakan orang, yaitu Percakapan dan dalam hal ini ia sebagai filosof mengikuti jejak filosof-filosof Yunani yang juga mempergunakan bentuk percakapan antara beberapa orang untuk menguji pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan secara dialektis. Kearifan yang disuguhkannya ialah kearifan orang yang berpengalaman dan berpengetahuan, sehingga atas semua masalah ia telah menemukan jawaban dan tidak ada jalan buntu dan putus asa. 

Pikiran-pikiran Erasmus akan selalu hidup karena di manapun di dunia dan di zaman mana pun anda hidup, pikiran sehat selalu diperlukan.


-Teks ceramah H.B, Jassin di Erasmus Huis, 13 Mei 1986 dalam rangka buku terjemahannya dengan judul Percakapan Erasmus yang diterbitkan, PT. Djambatan.

MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462