BLANTERVIO103

Pidato Penerimaan Nobel 1934, Luigi Pirandello

Pidato Penerimaan Nobel 1934, Luigi Pirandello
10/04/2020

Pidato Penerimaan Nobel, 1934 
Luigi Pirandello

SAYA sungguh berbahagia dapat menyampaikan rasa terima kasih saya dengan penuh takzim kepada Paduka Raja Yang Mulia beserta keluarga yang telah berkenan hadir untuk menghormati perjamuan ini. Izinkan saya menambahkan pernyataan terima kasih sedalam-dalamnya atas penerimaan yang sangat baik terhadap diri saya dan atas sambutan hangat pada malam ini, yang menjadi pamungkas dari pertemuan khidmat hari ini di mana saya mendapatkan penghargaan tak tertara dengan menerima Hadiah Nobel bidang Sastra tahun 1934 dari tangan pemurah Paduka Raja Yang Mulia. 

Saya ingin pula menyampaikan hormat setinggi- tingginya dan terima kasih setulus-tulusnya pada Royal Swedish Academy yang termasyhur atas penilaian istimewanya, yang memahkotai karier sastra saya yang panjang. 

Demi keberhasilan usaha saya di bidang sastra, saya harus belajar di sekolah kehidupan. Sekolah itu, meskipun tidak bermanfaat bagi otak-otak cemerlang, namun inilah satu-satunya hal yang membantu otak semacam otak saya: dengan penuh perhatian, konsentrasi, dan ketekunan yang benar- benar seperti kanak-kanak pada mulanya; seperti murid yang patuh, jika bukan pada guru, setidaknya pada kehidupan; seorang murid yang tak akan pernah melepaskan seluruh keyakinan dan kemantapan pada hal-hal yang dipelajarinya. Keyakinan ini hidup terus di dalam kesederhanaan sifat dasar saya. Saya merasakan kebutuhan untuk percaya pada yang tampak dalam kehidupan tanpa sedikit pun bimbang atau sangsi. 

Perhatian yang tak berubah dan ketulusan mendalam --yang dengan itu saya belajar dan memikirkan pelajaran ini- telah membukakan kerendahan hati, cinta, dan penghormatan pada kehidupan; semua itu diperlukan untuk meramu kekecewaan yang getir, pengalaman menyakitkan, luka yang menakutkan, dan segala kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktahuan menjadi sesuatu yang memberikan kedalaman dan nilai pada pengalaman kita. Pendidikan terhadap pikiran ini, yang berhasil dengan biaya tinggi, telah membuat saya tumbuh dan, seiring dengan itu, tetap menjadi diri sendiri. 

Sementara bakat-bakat alamiah berkembang, kehidupan saya tetap nyaris tak tertanggungkan, karena menjadi seniman sejati hanya mampu berpikir dan merasa; berpikir karena saya merasa, dan merasa karena saya berpikir. Kenyataannya, dengan ilusi mencipta diri-sendiri, saya hanya mencipta apa yang saya rasakan dan yang saya mampu percaya. 

Saya merasakan besarnya rasa syukur, kegembiraan, dan kebanggaan pada pandangan bahwa penciptaan ini dianggap layak atas hadiah istimewa yang telah Anda anugerahkan pada saya. 

Saya gembira karena percaya bahwa hadiah ini diberikan bukan terutama karena kepiawaian teknis seorang penulis, yang selalu bisa tidak berarti, namun lebih pada ketulusan manusiawi dari karya saya.

Penerjemah: Suparno, dari Nobel Lectures, Literature 1901-1967.
MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462