BLANTERVIO103

Conrad Aiken (1889 - 1973)

Conrad Aiken (1889 - 1973)
4/15/2020
Conrad Aiken (1889 - 1973)


SASTRADUNIA.COM | Conrad Potter Aiken  lahir 5 Agustus 1889 dan wafat pada 17 Agustus 1973. Aiken adalah penyair, cerpenis, novelis, dan kritikus asal Amerika yang bertanggung jawab atas penerbitan puisi-puisi Emily Dickinson. Sebagian besar karya Aiken mencerminkan minatnya pada bidang psikoanalisis dan perkembangan identitas. Sejak 1920-an Aiken tinggal di Inggris dan Amerika, dan memainkan peran penting dalam memperkenalkan penyair Amerika ke Inggris.

Aiken merupakan putra dari keluarga yang berkecukupan dan terpandang di New England, dari pasangan William Ford dan Anna (Potter) Aiken, yang kemudian pindah ke Savannah, Georgia. Ayahnya seorang dokter ahli bedah yang disegani, namun entah mengapa, sikap ayahnya berangsur-angsur menjadi tidak terduga dan kejam. Suatu pagi, Aiken mendengar kedua orang tuanya bertengkar disusul suara letusan senjata api. Ia pun menemukan tubuh keduanya bersimbah darah. Sang ayah telah menembak mati ibunya dan menyusul bunuh diri. Saat itu Aiken masih berusia 11 tahun.

Aiken dan ketiga saudaranya kemudian diasuh secara terpisah oleh kerabatnya. Aiken dibesarkan oleh bibinya di Massachussetts. Ia belajar di sekolah privat dan Middlesex School di Concord, Massachussets, lalu berlanjut ke Universitas Harvard, di mana ia mengedit karya The Advocate bersama T.S. Elliot, yang menjadi rekanan dan teman sepanjang hidupnya. 

Puisi-puisi Aiken di periode awal mendapat pengaruh dari guru kesayangannya, filsuf George Santayana.  Hubungan mereka telah membentuk Aiken sebagai penyair yang musikal dan di waktu yang sama menjadi cukup filosofis dalam mencari jawaban atas permasalahannya sendiri maupun permasalahan dunia modern.

Aiken sangat terpengaruh dengan penggunaan simbol, khususnya di karya-karyanya yang awal. Koleksi sajak pertamanya adalah Earth Triumphant (1914) dan membuatnya terkenal sebagai penyair. Pada 1919 esai-esainya dikumpulkan dalam Scepticism

Di tahun 1930 ia menerima anugerah Pulitzer untuk kumpulan puisinya. Banyak karyanya yang bertema psikologi. Karya-karyanya yang ditulis antara 1920-an dan 1930-an antara lain The House Of Dust: A Symphony (1920), Blue Voyage (1927), King Coffin (1934), Priapus and Other Pool and Other Poems (1925) serta koleksi cerpen Bring!Bring! (1925), Among the Lost People (1934), serta kumpulan cerpen  Silent Snow, Secret Snow (1934). Puisinya yang berjudul "Music I Heard" dijadikan lagu oleh sejumlah komposer, di antaranya Leonard Bernstein and Henry Cowell. 

Pengaruh lainnya diperoleh dari kakeknya, Potter, yang juga seorang pengkhutbah di gereja, sebagaimana puisi Whitman dengan gaya bebasnya. Hal tersebut membantu Aiken menulis puisinya lebih bebas selagi pengenalan terhadap Tuhan melatari eksplorasinya yang lebih kaya terhadap alam semesta. Beberapa puisi terbaiknya, seperti Morning Song of Senlin memanfaatkan pengaruh ini untuk menciptakan efek yang luar biasa.

Aiken menulis dan mengedit lebih dari 51 buku, yang pertama terbit di tahun 1914, dua tahun setelah kelulusannya dari Harvard. Karya-karyanya mencakup novel, cerpen (kumpulan cerpennya muncul tahun 1961), kritik, autobiografi, dan yang terpenting dari semua, adalah puisi. Ia dianugerahi Medali Nasional untuk sastra, Medali emas untuk puisi dari the National Institute of Arts and Letters, the Pulitzer Prize, the Bollingen Prize, dan the National Book Award. Selain itu, Aiken adalah pemenang pertama dari Poetry Society of America (PSA), dan Shelley Memorial pada tahun 1929. Ia juga mendapat pengakuan dari Guggenheim Fellowship, mengajar sebentar di Harvard, dan bertugas sebagai konsultan dalam bidang puisi untuk the Library of Congress di kurun 1950-1952. 

Setelah 1960, saat karya-karyanya dikaji ulang oleh pembaca dan kritikus, pandangan baru terhadap Aiken muncul-salah satunya yang menekankan permasalahan psikologinya, bersamaan dengan studinya terhadap Sigmund Freud, Carl G. Jung, Otto Rank, dan psikolog lainnya. Dua dari novelnya terkait dengan psikologi yang mendalam.   
Tulisan Aiken secara luas dipengaruhi oleh Freud (dan ia pun pengagum dari Rank, Ferenczi, Adler, dan Jung), namun Freud tidak pernah membalas surat yang ditulis Aiken. Meskipun Aiken disemangati sahabatnya, H.D untuk pergi dan menemui Freud di Vienna, impian itu tak pernah terlaksana.

Surat-menyuratnya dengan rekan-rekannya seperti Wallace Stevens, Harriet Monroe dan Edmund Wilson dikumpulkan dalam The Selected Letter of Conrad Aiken, yang diterbitkan setelah dia meninggal dunia. (1978). Pada tahun 2009, The Library of America memilih cerita Aiken tahun 1931 "Mr Arcularis" sebagai salah satu karya yang mewakili cerita terbaik Amerika dalam 2 abad terakhir. Namun, lepas dari banyaknya penghargaan bergengsi yang pernah diterimanya, banyak kritikus yang berpendapat bahwa Conrad Aiken tidak pernah menerima pengakuan yang pantas untuk karya-karyanya.
Selama hidupnya, Aiken telah menikah tiga kali, yang pertama dengan Jessie McDonald (1912–1929); kedua kalinya dengan Clarissa Lorenz (1930) (pengarang biografi: Lorelei Two); dan terakhir dengan Mary Hoover (1937).

Aiken menghabiskan 11 tahun sisa hidupnya di Savannah dan meninggal pada 17 Agustus 1973. Makam Aiken teletak di Bonaventure Cemetery di tepi sungai Wilmington, yang menjadi terkenal karena disebut di Midnight in the Garden of Good and Evil, buku terlaris yang ditulis oleh John Berendt. Menurut legenda setempat, Aiken berkeinginan batu nisannya dibuat menyerupai bangku sebagai ajakan kepada pengunjung untuk berhenti dan menikmati minuman martini. Tulisan di batu nisannya bertuliskan: “Berikan cintaku pada dunia,” dan “Pelayar alam semesta -Tujuan tak diketahui. 
Sumber informasi terbaik tentang kehidupan Aiken adalah novel autobiografinya, Ushant (1952), yang juga salah satu karya besarnya. Di novel tersebut ia bicara terang-terangan tentang beberapa hubungan asmara dan pernikahannya, percobaan bunuh dirinya dan ketakutannya akan menjadi gila, serta persahabatannya dengan T.S. Eliot (yang disebutkan di novel sebagai Tsetse), Ezra Pound (Rabbi Ben Ezra), Malcolm Lowry (Hambo), dan beberapa nama lainnya.

Bagi Conrad Aiken, puisi adalah  potret manusia dengan peluh di kening, darah di tangan, siksa neraka di hati, dengan absurditasnya, dengan kejalangannya, keyakinan-keyakinannya, dan keraguan-keraguannya. Baik itu merupa muram yang menjadi ide, atau bahkan bahagia berbentuk jelaga di muara tiap kata.
-Penulis: Nila Hapsari




MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462