Gitar-Gitar Mati
Negeriku di sungai-sungai dan menjorok ke laut,
tak ada tempat lain punya suara tak kunjung hilang
tempat langkah-langkah kakiku mengembara
di antara keramaian yang dibebani siput.
Memang, ini musim gugur: pada angin, sebentar-sebentar
gitar-gitar mati menyentil dawai-dawai
yang di mulut hitam, dan tangan menggerakkan jemari api.
Di cermin rembulan
gadis-gadis muda dengan tetek jeruk menyisir rambutnya.
Siapa menangis? Siapa mencambuk kuda di udara
merah? Kita akan berhenti di tepi pantai ini
sepanjang bentangan rumput dan kau, sayangku,
jangan bawa daku ke depan cermin
yang tak terhingga itu: di dalamnya bercermin
anak-anak yang menyanyi dan pohonan tinggi dan air.
Siapa menangis? Aku tidak, percayalah: di sungai-sungai
bangsa gusar dilecut cambuk,
kuda-kuda muram, kilasan-kilasan belerang.
Aku tidak, bangsaku memiliki pisau
yang berkilat dan rembulan dan luka-luka yang pedih
Antara hasrat
Dan kekejangan
Antara daya
Dan keberadaan
Antara intisari
Dan gerak turun
Jatuhlah Bayang-bayang
Sebab milikMulah Kerajaan itu
Sebab milikMulah
Hidup sangat
Sebab milikMulah
Ini cara dunia kiamat
Ini cara dunia kiamat
Ini cara dunia kiamat
Tidak dengan ledakan tapi rintihan
-Penerjemah: Sapardi Djoko Damono