Helena
Dengan tetes hujan pertama musim panas pun tamatlah
Kata-kata basah kuyup, yang telah melahirkan cahaya bintang,
Semua kata yang tujuan khususnya adalah Kau!
Di mana kami merentang tangan kini sebab waktu tidak lagi
mengenai kami
Di mana kami menyorotkan mata kini sebab garis-garis di
kejauhan telah tenggelam dalam mega
Sebab bulu-bulu matamu telah menutupi pandangan kami
Dan kami — serasa kabut telah menyusup di sela kami -
Sendiri, sama sekali sendiri terkepung citra-citramu mati.
Dahi tersandar di bendul jendela, tak berkedip kita menjaga
derita baru ini
Bukan ajal yang akan menumbangkan kami, sebab Kau ada
Sebab angin nun di sana ada untuk menghidupimu sepenuhnya
Mendandanimu dari dekat seperti kami yang mendandanimu
dari jauh
Sebab nun di sana ada
Padang paling hijau yang membentang dari balik tawamu sampai
ke matahari
Dengan pasti memberi tabukan padanya bahwa kita akan bertemu
kembali
Bukan, bukan ajal yang mesti kami hadapi
Tetapi tetes terkecil hujan musim gugur
Perasaan kabur
Bau tanah lembab dalam jiwa kami yang memisahkan diri bila
berjalan semakin jauh.
Dan jika tangan-tanganmu tidak di tangan kami
Dan jika darah kami tidak di dalam urat mimpimu
Cahaya di langit suci
Dan musik dalam diri kami tak tertaklukkan O! Putri murung
O Orang lewat -- dari segala yang masih mengikat kami ke bumi
Adalah angin lembab saat musim gugur pemisahan
Yang muncul ketika malam tiba untuk menyisihkan kami
dari cahaya
Di balik jendela persegi yang menatap duka nestapa
yang tak melihat apa pun
Sebab telah menjelma musik yang tak tertaklukkan nyala
api di pendiangan
Keloneng lonceng besar di dinding
Sebab telah menjelma sebuah sajak sebuah syair diikuti
oleh syair lain
Suara yang sejajar dengan hujan air mata dan kata-kata
Kata-kata yang tak serupa yang lain, namun bahkan yang ini
hanya punya tujuan tunggal: Kau!
-Penerjemah: Sapardi Djoko Damono
