BLANTERVIO103

Di Muka Pengadilan - Franz Kafka

Di Muka Pengadilan - Franz Kafka
10/24/2019
Di Muka Pengadilan
oleh Franz Kafka 
Di Muka Pengadilan - Franz Kafka

SASTRADUNIA.COM | Di muka pengadilan berdiri seorang penjaga pintu. Datanglah seseorang dari desa dan ia minta izin masuk ke pengadilan. Namun penjaga pintu itu berkata, bahwa sekarang ia belum dapat memberi izin.

Pendatang itu berpikir sejenak, lalu bertanya, kalau begitu, apakah ia boleh masuk nanti. ”Barangkali”, kata penjaga pintu, "tetapi sekarang tidak bisa.” Seperti biasanya pintu pengadilan itu terbuka dan penjaga pintu itu tidak menghalangi jalan masuk, maka pendatang itu membungkuk untuk menengok ke dalam melalui lubang pintu itu. 
Melihat hal ini penjaga pintu tertawa dan berkata: "kalau begitu tertarik, coba saja masuk tanpa izin saya. Tetapi ingat; saya berkuasa. Dan saya cuma penjaga pintu yang paling rendah. Dari ruangan satu ke ruangan lain, mesti lewat penjaga pintu lain-lain lagi: mereka masing-masing lebih berkuasa daripada yang lain. Bahkan saya sendiri, sulit bertemu dengan yang ketiga.”

Pendatang dari desa itu tidak mengira, bahwa ia akan menghadapi kesulitan demikian rupa; konon pengadilan setiap saat terbuka untuk setiap orang, pikirnya: namun setelah lebih teliti mengamati-amati penjaga pintu yang memakai, ubah bulu binatang, dengan: hidungnya yang besar dan mancung, serta anggotanya yang tipis panjang, penda-ang itu memutuskan, bahwa sebaiknya ia menunggu sampai mendapat izin untuk masuk.

Penjaga pintu itu memberinya kursi dan menyuruhnya duduk di sebelah pintu, Berhari-hari, bahkan bertahun-tahun ja duduk di situ. Berbagai macam cara “dipakainya untuk memperoleh izin masuk, dan penjaga pintu itu sudah jemu mendengar permohonannya. Seringkali pendatang itu diajak dialog sekadarnya oleh penjaga pintu yang menanyakan perihal keadaan desanya dan banyak bal lainnya, namun kesemuanya itu basa-basi belaka, seperti lazimnya pertanyaan dan tutur-sapa para pembesar, dan akhirnya selalu dikatakan, bahwa ia belum dapat diberi izin masuk.

Pendatang itu telah membawa banyak bekal untuk perjalanannya ini dan mempergunakan kesemuanya itu — berapa tinggi pun nilainya — untuk menyuap penjaga pintu itu. Segalanya memang diterima, namun disambut dengan kata-kata: ”Ini saya terima, hanya supaya kamu merasa, bahwa kamu telah berusaha sedapat-dapatnya.” 

Selama bertahun-tahun penantian jitu, pendatang itu hampir tiada henti-hentinya mengamati penjaga pintu i:u. Ya lupa dan tidak sadar akan penjaga-penjaga lainnya, dan penjaga yang pertama ini dipandangnya sebagai penghalang satu-satunya untuk masuk ke pengadilan.

Ia mengutuk nasibnya, selama tahun-tahun pertama tanpa memperdulikan siapa atau apa dan dengan suara lantang: lama-kelamaan, karena usianya bertambah lanjut, ia hanya menggerutu. Ia menjadi pikun dan — karena sudah bertahun-tahun lamanya mengamat-amati penjaga pintu itu dengan cermat, ia pun telah mengetahui, bahwa ada kutu di dalam jubah kulit bulu yang dikenakan penjaga pintu itu. Maka ia mulai juga meminta bantuan pada kutu-kutu tersebut untuk mengubah pikiran penjaga pintu itu.

Akhirnya penglihatannya memudar, dan ia tidak mengetahui, apakah di sekelilingnya hari menjadi gelap, ataukah matanya yang menjadi kabur. Meskipun demikian, cahaya terang yang tiada hentinya memancar dari pintu pengadilan tetap dapa: dilihatnya. Akhirnya, maut pun tiba. Hidupnya tersisa beberapa saat lagi Menjelang akhir hayatnya, semua pengalaman selama itu bergabung membentuk satu pertanyaan, yang hingga saat itu belum disampaikannya kepada penjaga pintu. Ia melambaikan tangannya, karena tubuhnya yang sudah menjadi kaku tak dapat diangkatnya lagi. Penjaga pintu itu terpaksa membungkukkan badannya jauh ke bawah, karena kini perbedaan mereka sangat besarnya. ”Apa lagi yang masih ingin kamu ketahui?” tanya penjaga itu "belum puas jugalah kamu bertanya!” 

"Semua orang mendambakan keadilan”, kata pendatang itu, “mengapa selama bertahun-tahun ini selain dari pada .saya, tidak ada orang lain yang berusaha memperolehnya?” 
Penjaga pintu itu melihat, bahwa maut segera akan tiba untuk pendatang itu, maka untuk jelasnya ia berteriak ke dalam telinganya: “Sebenarnya tidak seorang pun dapat masuk melalui pintu ini, sebab pintu ini hanya disediakan untuk kamu. Sekarang saya akan pergi menutupnya.”

Penerjemah: E. Korah-Go
MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462