BLANTERVIO103

Lukisan Sang Istri - Takahashi Sakou

Lukisan Sang Istri - Takahashi Sakou
9/19/2019
Takahashi Sakou
LUKISAN SANG ISIRI
Lukisan Sang Istri - Takahashi Sakou

SASTRADUNIA.COM | Di sebuah tempat, tinggallah seorang pria dengan istrinya yang sangat cantik. Dia sangat mengagumi kecantikan istrinya yang membuat dirinya selalu menatap wajah istrinya itu dengan pandangan kagum setiap hari. “Oh cantiknya, cantiknya istriku...” ujarnya. 

Sebelum menikah ia sering bekerja. Tapi, sejak menikah dia hanya berada di rumah untuk memandangi wajah istrinya. Bahkan, saat ini dia tidak bekerja sama sekali. Sang istri pun sangat terganggu akan hal itu. 

Suatu hari, sang istri melukis wajahnya di kertas, lalu ia memberikannya kepada suaminya. "Ini adalah lukisan wajahku. Bawalah lukisan ini ke ladang dan bekerjalah.” Saat pria itu baru saja tiba di ladang, dia segera memasang lukisan istrinya pada sebuah dahan pohon. Alhsasil, setiap hari dia selalu pergi ke ladang untuk menanam padi dan sayuran. Sambil bekerja, dia selalu melihat lukisan istrinya. “Oh cantiknya...” katanya sambil tanpa henti memandangi lukisan itu yang selalu dia bawa ke mana pun. “Oh cantiknya...” Suatu hari, saat ia sedang bekerja di ladang, tiba-tiba angin berhembus dengan kencang. Wusss!

Di sebuah tempat, tinggallah seorang pria dengan istrinya yang sangat cantik. Dia sangat mengagumi kecantikan istrinya yang membuat dirinya selalu menatap wajah istrinya itu dengan pandangan kagum setiap hari. “Oh cantiknya, cantiknya istriku...” ujarnya. Sebelum menikah ia sering bekerja. Tapi, sejak menikah dia hanya berada di rumah untuk memandangi wajah istrinya. Bahkan, saat ini dia tidak bekerja sama sekali. Sang istri pun sangat terganggu akan hal itu. 

Suatu hari, sang istri melukis wajahnya di kertas, lalu ia memberikannya kepada suaminya. "Ini adalah lukisan wajahku. Bawalah lukisan ini ke ladang dan bekerjalah.” Saat pria itu baru saja tiba di ladang, dia segera memasang lukisan istrinya pada sebuah dahan pohon. Alhsasil, setiap hari dia selalu pergi ke ladang untuk menanam padi dan sayuran. Sambil bekerja, dia selalu melihat lukisan istrinya. “Oh cantiknya...” katanya sambil tanpa henti memandangi lukisan itu yang selalu dia bawa ke mana pun. “Oh cantiknya...” Suatu hari, saat ia sedang bekerja di ladang, tiba-tiba angin berhembus dengan kencang. Wusss!

“Ah, Gawat!” pekiknya saat mengetahui lukisannya terbawa angin. Whusss! Whusss! Lukisan itu terbang semakin jauh. Lukisan sang istri terbang terbawa angin sampai ke halaman istana milik seorang pangeran. Pangeran itu terkejut saat mendapati lukisan yang datang entah dari mana saat dirinya sedang bersantai di halaman istana. “Wanita yang sangat cantik!” katanya sambil mengambil lukisan itu. “Cepat bawalah dia ke sini!” katanya pada para pengawalnya sambil menunjuk lukisan itu. 

Setelah itu, pengawal dari pangeran itu setiap hari membawa lukisan yang ditemukannya, lalu mencari tahu keberadaan wanita yang ada di dalamnya ke beberapa desa. “Di mana wanita yang ada di lukisan ini? Ada di mana dia?” tanya mereka sambil menunjukkan lukisan itu. Tapi, tidak ada siapa pun yang tahu mengenalinya. 00 Suatu hari, pengawal itu datang ke sebuah rumah, yang notabene adalah rumah dari sang pria pemilik lukisan.

“Ah. Wanita ini!” seru salah seorang pengawal saat mendapati wanita yang tampak mirip dengan wanita yang ada di lukisan yang mereka bawa. "Pangeran sedang menunggu anda di istana. Kami minta, anda ikut ke istana sekarang,” lanjutnya. Sang pria dan istrinya jelas sangat terkejut. “Tidak. Saya tidak ingin dia pergi,” tegas pria itu. Tapi para pengawal tetap bergeming dengan keputusannya. "Tidak bisa! Kami akan membawanya ke istana sekarang!” teriaknya sambil menarik wanita itu dengan paksa. Lalu sang istri segera memberikan biji buah persik kepada suaminya itu. “Tanamlah biji ini. 

Setelah tiga tahun, biji ini akan tumbuh menjadi pohon persik. Lalu, kau datanglah ke istana dan juallah kepada pangeran.” Para pengawal itu pun segera membawa wanita itu ke istana. Sejak kejadian itu, pria itu merasa sangat kehilangan istrinya. Teringat pemberian istrinya, dia pun segera menanam biji buah persik lalu menyiramnya setiap hari. 

Tiga tahun kemudian.

Biji itu telah tumbuh menjadi pohon persik yang besar dan berbuah banyak. Pria itu segera membawa buah persik tersebut ke istana. “Buah persik. Buah persik yang enak,” katanya dengan suara lantang. Saat sang istri mendengar suara itu, dia tertawa dengan keras. Pangeran sangat terkejut sekaligus merasa bahagia, karena sejak sang istri datang ke istana tiga tahun yang lalu, dia tak pernah sekalipun tertawa. “Ajaklah kemari pria penjual buah persik itu,” perintahnya ke pada para pengawalnya. Pengawal pangeran segera mengajak pria penjual buah persik yang tak lain adalah suami dari wanita itu untuk masuk ke istana. "Katakanlah sekali lagi di sini pinta sang pangeran saat pria itu masuk ke istana. Pria itu bersuara dengan lebih keras lagi. “Buah persik. Buah persik yang enak,” ujarnya sambil berjalan di halaman istana. Saat sang istri tertawa lebih keras, pangeran semakin senang sambil terus memandangi istrinya. “Hei! 

Selanjutnya saya yang akan melakukannya!” katanya lalu segera memakai Kimono (pakaian tradisional Jepang) milik pria itu. Sedangkan pria itu memakai Kimono milik pangeran. Saat si pangeran membawa buah persik dengan mengikuti gaya pria penjual buah persik tadi. “Buah persik. Buah persik yang enak,” serunya dengan suara lantang yang membuat tawa sang istri semakin keras. Saat si pangeran melihat hal itu, dia benar-benar bahagia. Selanjutnya dia berjalan ke keluar. "Buah persik. Buah persik yang enak.” 

Ketika tengah berjalan sambil membawa buah persik itu, tepat di dekat gerbang, pengawal si pangeran menutup gerbang istana. "Pria kotor! Jangan masuk ke istana!" Si pangeran yang memakai Kimono kotor itu jelas terkejut. “Saya adalah pangeran!" teriaknya. Walaupun sudah berkali-kali, pengawalnya itu pun tetap bergeming. Mereka tetap tidak membukakan gerbang untuk “mantan” tuannya itu. 

Pria yang mengenakan Kimono milik pangeran hidup bahagia bersama sang istri yang cantik di dalam istana, selamanya.


-Penerjemah: Eka Nurdesi
dalam Antologi Cerpen Jepang, Garuda Mas Sejahtera, Surabaya, 2014

MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462