BLANTERVIO103

Gairah Cinta di Hutan - Guy de Maupassant

Gairah Cinta di Hutan - Guy de Maupassant
7/24/2020
SASTRADUNIA.COM |
Gairah Cinta di Hutan
Guy de Maupassant 

Bapak Walikota baru saja bersiap untuk sarapan pagi ketika ia menerima berita bahwa polisi desa tengah menunggunya di kantor walikota bersama dua orang tawanan. Segera ia berangkat ke sana dan menemukan Hochedur polisi itu sedang berdiri mengawasi seorang pria dan wanita kelas menengah bawah dengan wajah tegang. 

Yang pria, gemuk dengan hidung merah, berambut putih dan wajahnya tampak sedih. Sedangkan yang wanita bertubuh agak gemuk dengan dahi yang mengkilat, memandang polisi yang telah menangkap mereka dengan sorot mata menantang.

 "Ada apa ini? Ada apa, Hochedur?" Polidi desa itu segera memberikan kesaksiannya. Pagi itu, seperti biasa ia ke luar untuk berpatroli pada rutenya: dari hutan Champioux hingga perbatasan Argenteuil. la tidak melihat tanda-tanda yang luar biasa di kampungnya. Kecuali hari itu udara cerah dan gandum-gandum tampak dalam keadaannya yang terbaik, sampai anak si Bredel Tua melongok dari balik tanaman anggurnya dan memanggilnya. 

"Hei Pak Hochedur, pergi dan tengoklah di sekitar hutan, di barisan semak-semak kau akan menangkap sepasang merpati yang usianya sudah lebih dari 130 tahun!"

la pergi ke arah yang ditunjukkan padanya, dan memasuki semak-semak. Di sana ia menden gar suara berbisik, hembusan nafas yang terengah-engah, yang membuatnya curiga akan adanya pelanggaran moral yang cukup berat. Ia maju dengan merangkak, seperti bersiap mengejutkan seorang pemburu gelap, ditangkapnya pasangan itu. Pada saat itu keduanya bersiap-siap menyambut datangnya naluri alamiah mereka. 

Pak Mayor memandang kedua pelaku kejahatan itu dengan penuh rasa heran, karena yang pria pasti berusia 60-an dan yang wanita setidaknya berusia 55 tahun. Ia menanyai mereka, mulai dari si pria yang menjawab dengan suara lemah, hingga hampir-hampir tak terdengar. 
"Siapa namamu?" 
"Nicolas Beaurain." 
"Pekerjaanmu?" 
"Penjual pakaian pria di Rue des Martrys, Paris." 
"Apa yang kau lakukan di hutan?" 

Si penjual pakaian pria itu terdiam. Matanya memandang ke perutnya yang buncit dan tangannya tertangkup di pahanya. Pak Walikota meneruskan pertanyaannya.

"Apakah kau menyangkal apa yang disampaikan oleh pegawai walikota?" "Tidak, Pak." 
"Jadi kau mengakuinya?" 
"Ya, Pak."
"Ada yang ingin kau sampaikan sebagai pembelaan diri?" 
"Tidak ada, Pak."
"Di mana kau temukan teman berperilaku yang melakukan ini?" 
"la istri saya, Pak. 
"Istrimu?" 
"Ya, Pak." 
"Lalu... Lalu kalian tidak tinggal bersama di Paris?" 
"Maafkan saya, Tuan, kami tinggal bersama!" 
"Tapi dalam kasus ini kau pasti sudah gila. Kalian gila saudara-saudara! Tertangkap seperti ini di kota kecil, pada jam 10 pagi, lagi!" 

Pedagang itu tampak mau menangis karena malu, dan ia bergumam, "Dia yang memaksa saya! Saya sudah bilang itu usul yang gila. Tetapi kalau perempuan sudah punya kehendak dalam kepalanya, kita pasti tak bisa lepas darinya." 

Pak Mayor yang senang pada keterusterangan itu tersenyum dan menjawab, "Dalam kasusmu, sebaliknyalah yang seharusnya terjadi. Kamu tak ada di sini kalau usulnya itu tetap berada di dalam kepalanya." 

Beaurain tampak dicekam oleh kemarahan. Ia berbalik ke istrinya, katanya, "Kau lihat sekarang apa yang telah kau lakukan dengan puisimu? Sekarang kita harus menghadapi pengadilan, di usia yang sudah setua itu, untuk kasus pelanggaran moral! Lalu kita harus menutup toko, membuang peruntungan kita dan pergi ke daerah lain! Itu yang akan menimpa kita!"

Nyonya Beaurain bangkit, dan tanpa melihat ke arah suaminya, ia jelaskan semuanya tanpa merasa malu, tanpa dibuat-buat, sederhana bahkan tak ada sikap ragu. 

"Memang benar Tuan, saya akui bahwa kami telah membuat diri kami jadi tampak keterlaluan. Ijinkan saya untuk menyampaikan pembelaan atas penyebab semua ini. Saya bukan seorang pembela/advokat, saya hanya seorang wanita tua. Dan saya berharap semoga Tuan ber murah hati untuk mengirim kami pulang dan menghindarkan kami dari rasa malu akibat tuntutan hukum. 

Bertahun-tahun yang lalu, ketika saya masih muda, saya berkenalan dengan Beaurain pada hari. Minggu di daerah sekitar sini. la bekerja di toko kain dan saya se- orang pelayan toko di sebuah usaha pakaian jadi. Bila mengingat itu, rasanya baru terjadi kemarin saja. Kadang- kadang saya melewatkan hari minggu bersama seorang teman, Rose Leveque. Saya tinggal bersamanya di Rue Pigalle. Rose punya kekasih, sedang saya tidak Ia biasa mengajak kami ke mari. Pada suatu hari Sabtu, sambil tertawa-tawa, ia bilang bahwa besok ia akan mengajak temannya. Saya cukup paham akan maksudnya, tetapi saya jawab bahwa itu tidak baik. Saya seorang yang berbudi baik, Tuan. 

Keesokan harinya kami bertemu dengan Beaurain di stasiun kereta. Saat itu ia tampan sekali. Tetapi saya putuskan bahwa saya tak akan menyerah padanya. Dan saya memang tidak menyerah, Tuan. Nah, kami tiba di Brezons. Hari itu cuaca indah, membuat hati senang. Kalau semuanya berjalan secara wajar, sebenarnya ada yang istimewa pada diri saya; karena sebenarnya saya ini perempuan yang bodoh. Tapi keadaan yang saya hadapi sekarang bisa bertambah parah - saya tak bisa mengendalikan diri - kalau saya tinggal di desa seperti ini. Hijaunya tetumbuhan, burung layang-layang yang terbang lincah, bunga poppy merah, aster, semua membuat saya sangat gembira! Beginilah rasanya berada di pedesaan bagi orang kota seperti saya.

Nah, cuaca sangat baik, hangat dan cerah, serasa menyerap masuk ke tubuh melalui mata kita ketika memandang, dan lewat mulut ketika kita bernapas. Rose dan Simon berpelukan dan berciuman setiap menit, dan itu membuat mata saya jadi memiliki pemandangan yang lain! Beaurain dan saya berjalan di belakang mereka, tanpa banyak bicara, karena bukankah akan sulit menemukan pembicaraan yang mengasyikkan bagi dua orang yang belum saling mengenal dengan baik.

la tampak malu, dan saya senang melihatnya tersinu Akhirnya kami tiba di sebuah hutan kecil; rasanya seiul seperti habis mandi, dan kami berempat duduk. Rose da kekasihnya membuat lelucon tentang saya karena sava tampak tegang Tetapi Ana pasti mengerti bahwa saua tak dapat bersikap lain. Lalu mereka mulai berpelukan dan berciuman lagi, tanpa terkendali, seakan-akan kami tak ada di sana. Kemudian mereka berbisik, bangkit dan pergi ke arah pepohonan tan pa mengucapkan sepatah kata pun pada kami. Anda tentu dapat membayangkan perasaan saya, sendirian dengan seorang lelaki muda baru sekali ini saya temui. Saya merasa sangat bingung melihat mereka pergi sehingga timbul keberanian: saya mulai bicara. Saya tanyakan padanya tentang pekerjaan- nya dan ia katakan bahwa ia asisten di bagian kain linen, seperti yang telah saya jelaskan pada Anda tadi. Kami bicara selama beberapa menit dan ini membuatnya jadi lebih berani. Dan ia mau bertindak sesuatu yang melewati batas kesopanan pada saya. Saya katakan padanya bahwa ia harus tetap duduk tenang di tempatnya. Bukankah begitu, Beaurain?" 

Beaurain yang melihat ke arah kakinya tampak kebingungan. Ia tidak menjawab. Lalu perempuan itu meneruskan, "Lalu ia melihat bahwa saya berbudi tinggi, saleh, dan ia mulai mengucapkan rayuan-rayuannya dengan lembut dan halus, seperti layaknya seorang lelaki terpandang. Dan sejak saat itu, setiap hari minggu ia datang karena ia sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintainya! Ia seorang lelaki dengan wajah tampan, dulu. Singkatnya ia menikahi saya pada bulan September, dan kami mulai usaha kami di Rue de Martrys. 

Selama beberapa tahun kami berjuang keras, Tuan. Usaha tidak berjalan dengan baik, dan kami tidak mampu sering-sering berdarmawisata, dan kami jadi melupakan kebiasaan itu. Dalam dunia usaha, kita akan memulai mengisi kepala dengan banyak hal, semakin memikirkan uang di kotak uang ketimbang pembicaraan-pembicaraan yang manis. Tanpa terasa, sedikit demi sedikit kami bertambah tua, menjadi seperti orang-orang yang hidup aman, tenang, yang tidak memikirkan cinta. Tetapi seorang pun tak akan pernah menyesal bila ia tidak pernah menyadari apa sebenarnya yang telah hilang darinya.

Dan setelah itu Tuan, usaha berjalan lebih baik, kami hidup sentosa sampai saat sekarang ini. Lalu, seperti yang tuan lihat, saya tak tahu pasti apa yang terjadi dengan diri saya. Tetapi, ya saya mulai memimpikan hal-hal seperti sekolah di asrama dara yang ramai. Lamunan akan kereta-kereta kecil penuh bunga yang dijajakan orang di jalan-jalan, membuat saya menangis; harum bunga violet di kursi malas, di belakang kotak uang, membuat hati saya berdebar! Lalu saya jadi terbiasa bangun dan langsung menuju ambang pintu hanya untuk melihat langit biru di antara atap-atap rumah. Bila kita lihat langit dari jalan, tampaknya seperti sungai yang mengalir di atas kota paris, berkelok-kelok ke mana ia mau, dan burung layang-layang terbang ke sana ke mari seperti ikan di air bening. Hal-hal seperti ini terasa sungguh tolol untuk orang seusia saya! Tetapi apa yang dapat saya lakukan, Tuan, bila saya harus terus-menerus bekerja sepanjang hidup saya? 

Kesempatan itu datang dan saya rasa saya dapat melakukan sesuatu, lalu saya menyesal, oh! 

Ya, saya merasa sangat menyesal! Saya hanya memikirkan selama dua puluh tahun, bahwa seharusnya saya pergi dan bercumbu di hutan, sama seperti perempuan lain. Saya selalu percaya betapa indah rasanya berbaring di bawah pepohonan, saat itu kita mencin tai seseorang! Dan saya pikirkan itu setiap hari, setiap malam! Saya memìmpikan bulan bersinar terang di sungai, sampai saya merasa ingin menenggelamkan diri di sana.  

Pada mulanya saya tidak berani mengatakan hal ini kepada Beaurain. Saya tahu ia akan menertawakan saya dan menyuruh saya kembali mengurusi jarum dan kain! Dan lagi, saya bicara jujur, Beaurain tak pernah banyak bicara dengan saya, lalu ketika saya melihat ke dalam cermin, jelaslah, saya mengerti bahwa sebenamya saya sudah tidak menarik lagi un tuk siapa pun! 

Nah, saya mengambil keputusan, dan saya ajukan usul padanya untuk berdarmawisata di pedesaan, ke tempat kami bertemu untuk pertama kali. Tanpa curiga, ia setuju, dan kami tiba di sini sekitar pukul sembilan." 

"Saya merasa muda kembali ketika berada di antara ladang jagung. Ternyata hati perempuan tak pernah menjadi tua! Dan sungguh, saya tidak melihat suami saya seperti ia sekarang. Saya melihatnya seperti masa muda dulu! Saya berani bersumpah kepada Tuan. Sesungguh-sungguhnya saya berkata benar, saya tidak mabuk. Saya mulai menciumnya. Dia sangat terkejut, lebih hebat daripada saya bermaksud membunuhnya. Ia terus saja berkata, 'Hei, pagi-pagi begini kamu sudah gila! Apa yang terjadi? Saya tidak mendengar apa katanya. Saya hanya mendengar kata hati saya dan mengajaknya bersama ke hutan. Itulah kisah telah saya ceritakan dengan sejujurnya, tuan Walikota. dengan sebenar-benarnya." 

Bapak Walikota seorang yang bijaksana. la bangun dari kursinya, dan katanya, "Pulanglah dengan damai, Nyonya, dan jangan berbuat dosa lagi - di bawah pohon.  
MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462