BLANTERVIO103

Rumah Mandi - Mikhail Zoshchenko

Rumah Mandi - Mikhail Zoshchenko
9/26/2019
Rumah Mandi
oleh Mikhail Zoshchenko


Rumah Mandi - Mikhail Zoshchenko

SASTRADUNIA.COM | Rumah mandi kami tidak begitu buruk. Kau dapat mandi sendiri. Kami hanya kesulitan dalam soal karcis. Sabtu lalu aku pergi ke satu rumah mandi dan mereka memberiku dua karcis. Satu untuk pakaian dan satunya lagi untuk topi dan mantelku. 


Tapi di mana seorang telanjang dapat menaruh karcis? Tegasnya — tidak ada tempat. Tidak ada kantong. Lihat ke sekeliling — perut dan paha melulu. Kesulitannya hanya soal karcis. Tak mungkin mengikatnya di jenggot. 


Nah, aku mengikat satu karcis di tiap kaki sehingga tidak bakal hilang sekaligus. Aku masuk ke tempat mandi. 


Karcis menggelepak-gelepak d. kakiku. Menjengkelkan berjalan seperti itu. Tapi kau perlu berjalan. Karena kau perlu mendapatkan gayung. Tanpa gayung, bagaimana bisa mandi? Itulah masalahnya. 


Aku mencari gayung. Aku melihat seseorang mandi dengan tiga gayung. Satu di bawah kakinya, satu untuk mengguyur kepalanya dan satu lagi di pegangnya di tangan kiri, sehingga tak seorangpun dapat mengambilnya. 


Aku menarik gayung ketiga, maksudnya untuk kugunakan sendiri. Tapi ia tak mau melepaskannya. 


”Apa yang kau lakukan,” tanyanya, "mencuri gayung orang lain?” Sewaktu kutarik, ia berkata, "Mau kuberi gayung di matamu, biar tambah senang?” 


Aku menyambut: “Ini bukan zamannya tsar, mukulin orang dengan gayung. Egotisme, egotisme belaka. Orang lain,” kataku, "juga perlu mandi. Kamu bukan di theater”. Tapi ia tidak memperdulikan dan meneruskan mandinya. ”Aku tak mungkin diam saja,” pikirku, '' menunggu kesenangan orang. Dia mungkin terus mandi selama tiga hari.” 


Aku berjalan. Sesudah sejam kulihat seorang badut tua, bengong, mondar-mandir, tanpa gayung di tangan. Mencari sabun atau cuma mimpi, aku tak tahu. Kuambil gayungnya sambil berlalu. ) 


Sekarang dapat gayung, tapi tak ada tempat untuk duduk, Dan mandi sambil berdiri — mandi macam apa ini? Itulah masalahnya. 


Baiklah. Biar aku berdiri. Kupegang gayung di tangan dan mandi. 


Tapi di sekitarku tiap orang sibuk mencuci pakaian. Ada yang mencuci celana, mencuci baju dalam, dan ada yang sedang memeras kain. Sebentar kau sudah kotor lagi. Mereka menyipratku, sialan. Dan kegaduhan cipratannya, lebih berisik dari pekerjaan mencuci itu sendiri. Kau bahkan tak bisa mendengar sabun mengernyit. Itulah masalahnya. 


"Persetan dengan mereka, pikirku. ''Aku akan menyelesaikan mandi di rumah.” 


Aku pergi ke kamar pakaian. Aku memberi mereka satu karcis, dan mereka memberi pakaianku. Kuperiksa. Semuanya milikku, tapi celananya bukan. 


”Kamerad,” kataku, "milikku tidak punya lubang di sini. Milikku punya lubang di sebelah sini.” 


Tapi si pelayan berkata: ”Kami di sini bukan hanya untuk mengamati lubangmu. Kamu bukan di teater.” 


Baiklah. Kukenakan celana itu dan aku baru saja mau mengambil mantelku. Mereka tidak mau memberinya. Mereka minta karcisku. Aku melupakan karcis di kakiku. Aku perlu menanggalkan celana. Kucari-cari karcis itu. Tak ada karcil. Ada benang terikat di kaki, tapi tak ada karcis. Karcis itu telah terhanyutkan. 


Aku memberi benang itu ke si pelayan. Ia tidak mau menerimanya. 


"Kau tidak bisa memperoleh apa-apa dengan benang,” katanya apa-apa dengan benang,” katanya. "Semua orang bisa saja memotong benang dan membawanya ke sini.” lanjutnya. Tunggu sampai semua orang meninggalkan tempat ini. Kami akan memberikan apa yang tertinggal.


” Aku berkata: "Begini, kamerad, bagaimana kalau tidak satu , pun yang tertinggal? Ini bukan h teater, Kau dapat mengenalinya. , Kantong yang satu sobek dan yang satunya plong sama sekali. : Kancingnya hanya satu, tinggal | yang paling atas.” 


Akhirnya, diberikannya juga padaku. Tetapi ia tidak mau menerima benang itu. 


Aku berpakaian dan keluar ke jalan. Tiba-tiba aku teringat: Sabunku tertinggal.


Aku kembali ke sana. Mereka tidak mengizinkanku masuk, dengan berpakaian. 


”Tanggalkan,” kata mereka. Aku berkata: ” Dengar, kamerad aku tak mau menanggalkan pakaian untuk ketiga kalinya. Ini bukan teater. Setidak-tidaknya beri aku uang seharga sabun itu.” 


Tidak ada yang mereka lakukan, baiklah. Aku pergi tanpa sabun. 


Sudah tentu para pembaca yang telah terbiasa dengan segala macam keresmian tahu: apa  ini? Di mana tempatnya? Di mana alamatnya? 


Rumah mandi macam apa? Macam yang biasa. Di mana diperlukan 10 kopeck untuk dapat masuk ke dalamnya. 



-Penerjemah: Hadrian Sjah Razad

MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462