BLANTERVIO103

Prosa Trans Siberia - Blaise Cendrars

Prosa Trans Siberia - Blaise Cendrars
5/07/2020
Blaise Cendrars
PROSA TRANS SIBERIA

Pada zaman itu aku tengah remaja
Baru saja enambelas dan masa kanakku sudah kulupa
Enambelas ribu mil dari tempat lahir
Aku berada di Moskow kota seribu tiga menara dan tujuh stasiun kereta
Dan aku belum juga kenyang dengan tujuh stasiun dan seribu tiga menara
Sebab remajaku masa itu penuh gairah dan gila
Hingga hatiku giliran berkobar bagai Lapangan Merah
Moskow dan Kuil Efésia
Kala matahari terbenam.
Dan mataku menyoroti jalan-jalan lama
Sedang aku hanya penyair yang terlalu jelek
Hingga tak tahu lanjut hingga ke ujung.
Kremlin bagai kueh tartar raksasa
Rangu dilapisi emas
Dengan buah-buah kenari besar katedral-katedral alangkah putih
Dan emas bermadu lonceng-loncengnya
Seorang rahib tua membacakan Sasakala Novgorode
Haus aku
Dan kusibak huruf-huruf paku
Lantas, sekonyong-konyong merpati Roh Kudus melayang atas lapangan.
Dan tangan-tanganku pun terbang dengan kepak camar
Dan ini kenangan penghabisan hari-hari terakhir
Ingatan perjalanan paling penghabisan
Dan samudra.
Aku toh hanya penyair jelek keterlaluan
Tak mampu aku lanjut hingga ke ujung
Aku lapar
Dan seluruh hari dan semua perempuan dalam cafe-cafe dan segala gelas
Ingin kuminum dan kupecahkan
Dan semua kaca jendela serta, segenap jalan
Semua rumah sewa nyawa
Semua roda kereta yang berputar bagai topan atas jalan-jalan buruk
Ingin kubenam dalam unggunan pedang
Ingin kuhancurkan semua tulang
Ingin kurabut semua lidah
Kulebur semua tubuh asing jangkung dan telanjang di balik pakaian yang bikin aku édan
Kufirasati sudah tibanya Kristus agung merah dari Revolusi Rusia
Dan matahari luka yang parah
Menganga putih dan pijar.
Pada jaman itu aku tengah remaja
Baru saja enambelas dan lahirku sudah kulupa
Aku berada di Moskow dan ingin kulahap nyala
Tak kunjung kenyang mataku mengédari stasiun dan menara-menara
Di Siberia berdentum meriam, itulah perang
Lapar, dingin, pes dan kolera
Dan arus lumpur Sungai Asmara menyeret bangkai berjuta-juta
Di semua stasiun kulihat kereta-kereta penghabisan berangkat
Tak seorang bisa pergi sebab karcis tidak lagi dijual
Dan serdadu-serdadu yang pergi senang sekali andai bisa tinggal.
Seorang rahib tua menyanyikan Sasakala Novgorode.
Aku penyair jelek yang tak ingin pergi ke manapun bisa pergi ke mana-mana
Dan para pedagang masih punya cukup uang
Mengadu untung memburu harta.

MARI BERBAGI:
Editor

TAMBAHKAN KOMENTAR

5700840368070671462